dijual rumah murah

dijual rumah murah
dijual rumah murah - 45% Masyarakat Indonesia Mengaku Belum Siap Beli Properti


Berdasarkan hasil survei  Property Affordability Sentiment Index, 45% masyarakat Indonesia menyatakan tidak siap untuk melakukan pembelian properti. Alasan tersebut dikatakan para narasumber survei untuk membalas pertanyaan kenapa mereka tidak melakukan pembelian properti.

Property Affordability Sentiment Index adalahsurvei tahunan yang dilaksanakan oleh  berkolaborasi dengan lembaga penelitian Intuit Research, Singapura, dengan total 1.030 narasumber yang dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 kemarin.

Hasil survei tersebut pun menyajikan data bahwa 34% masyarakat Indonesia menilai bahwa harga properti ketika ini terlampau tinggi sementara 34% lainnya mengaku bahwa mempunyai satu properti saja telah cukup.

Baca juga: Properti Komersial Lesu Sepanjang Kuartal Akhir 2016

Wasudewan, Country Manager , menyatakan bahwa harga memang menjadi di antara pertimbangan penting untuk konsumen dalam melakukan pembelian hunian terjangkau.

Meski demikian, proyek-proyek kompleks saat ini pun memiliki pesona luar biasa sebab pemerintah memberi sokongan lewat proyek infrastruktur yang sedang di bina atau siap beroperasi tahun ini.

(Lihat susunan apartemen baru di Jakarta)

“Sebagai contoh ialah tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang sekitar lebih dari 20 tahun mangkrak dan sekarang dilanjutkan kembali, serta tol Semarang-Salatiga. Saat proyek infrastrukur ini nanti mulai beroperasi, harga properti pun bakal ikut bergerak naik. Inilah yang mesti dicerna oleh semua pencari properti sampai-sampai dapat menilai harga hunian dalam jangka panjang pula,” kata Wasudewan.

 Property Affordability Sentiment Index pun mencatat bahwa 46% masyarakat Indonesia merasa bahwa pemerintah telah mengerjakan usaha yang lumayan baik untuk menolong para pencari hunian mewujudkan lokasi tinggal idaman.

BI: Maluku Utara Patok Suku Bunga KPR Tertinggi

Jumlah ini bertambah dari tahun kemudian yang menjangkau 36%. Ini adalahrespon positif masyarakat terhadap sekian banyak  kebijakan pemerintah untuk menolong para pencari hunian mewujudkan lokasi tinggal idaman.

“Pemerintah memang sudah mengeluarkan pelbagai kebijakan untuk menolong masyarakat mempunyai rumah. Dimulai dari penurunan batasan duit muka kredit kompleks atau Loan To Value (LTV), penyederhanaan regulasi untuk pengembang, program sejuta rumah sampai amnesti pajak. Dan kami menilai bahwa masyarakat mempunyai harapan tinggi terhadap akibat amnesti pajak terhadap industri properti yang lebih bergairah dan harga yang lebih terjangkau,” tambahnya.

Senada dengan urusan tersebut, Survei Harga Properti Residensial di Pasar Primer dari Bank Indonesia sekitar Triwulan IV/2016 yang diluncurkan bulan Februari 2017 ini pun mengungkapkan bahwa sejumlah hal utama yang bisa menghambat perkembangan bisnis properti ialah suku bunga KPR (19,91%), duit muka lokasi tinggal (18,39%), perijinan (16,15%), pajak (13,76%) serta eskalasi harga bangunan (13,54%).

Hasil survei ini pun mengindikasikan bahwa mayoritas konsumen properti (77,22%) masih memilih Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai kemudahan utama dalam mengerjakan transaksi pembelian properti residensial.

Jumlah ini meningkat dikomparasikan triwulan sebelumnya (Triwulan III/2016) yakni sebesar 74,77%.
Share:

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Blogger Themes